PENDEKATAN KONSELING GESTAL (PERLS)

Teori dan pendekatan konseling gestal (PERLS), Semester 4
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
         Konseling pada dasarnya merupakan pekerjaan professional. Dalam melaksanakan tugas – tugas profesionalnya, seorang konselor perlu memiliki pemahaman dan keterampilan yang memadai dalam menggunakan berbagai pendekatan dan teknik dalam konseling. Tanpa didukung oleh penguasaan penguasaan teknik-teknik konseling yang memadai,  maka bantuan yang diberikan kepada siswa (klien) tidak akan berjalan efektif.
         Dalam melakukan konseling, ada beberapa pendekatan dan teknik yang dapat digunakan oleh seorang konselor, salah satunya yaitu menggunakan pendekatan teori Gestalt.
         Teori Gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan. Sebagai seorang calon konselor atau guru BK, maka sangat penting bagi kita untuk memahami teori gestalt sebagai acuan dalam membantu klien/siswa, karena teori ini mengajarkan pada klien bagaimana mencapai kesadaran tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab atas perasaan, pikiran dan tindakan sendiri.
         Pendekatan konseling Gestalt ini dikembangkan oleh Frederick S.Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme. Kata “Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang berarti meresepsikan suatu bentuk, maka bentuk itu tidak pernah tampil bagian per bagian tapi selalu sebagai keseluruhan.
         Untuk  mengetahui pendekatan konseling Gestalt, sangat diperlukan pengetahuan yang  menyangkut tentang pengertian,karakteristik,teknik konseling dan penerapan pendekatan teori Gestalt dalam memahami peserta didik. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis menyusun makalah yang berjudul “Konseling Gestalt” ini.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.      Bagaimanakah pengertian konseling Gestalt?
2.      Bagaimanakah karakteristik konseling Gestalt?
3.      Bagaimanakah teknik konseling Gestalt?
4.      Bagaimanakah analisis dan penerapan konseling Gestalt?
C.     Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu?
1.      Mengetahui pengertian konseling Gestalt.
2.      Mengetahui karakteristik konseling Gestalt.
3.      Mengetahui teknik konseling Gestalt
4.      Mengetahui analisis dan penerapan konseling Gestalt.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konseling Gestalt
         Teori Gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan. Pendekatan konseling Gestalt ini dikembangkan oleh Frederick S.Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme. Kata “Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang berarti meresepsikan suatu bentuk, maka bentuk itu tidak pernah tampil bagian per bagian tapi selalu sebagai keseluruhan.
         Pendekatan konseling Gestalt adalah suatu pendekatan eksistensial yang menekankan kesadaran di sini dan sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan bagaimananya tingkah laku dan pada peran urusan yang tak selesai dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara efektif.
         Disamping itu, pendekatan konseling Gestalt juga menekankan pentingnya dialog sebagai bentuk komunikasi hati ke hati. Perbedaan perspektif dalam dialog bukan masalah, bahkan harus dijadikan kekuatan yang mengiringi proses konseling. Tujuan yang ingin dicapai pada pendekatan konseling Gestalt ini adalah kesadaran klien akan perilakunya yang keliru dan keinginan pribadi untuk mengubah perilaku itu.
         Pendekatan konseling Gestalt  berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.

         Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
         Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling Gestalt memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang. Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
         Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.


B.     Karakteristik Konseling Gestalt
1.      Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
2.      Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
3.      Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi dan memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
4.      Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan ini memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
5.      Dalam pendekatan ini, kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
6.      Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu


C.     Teknik Konseling Gestalt
Hubungan personal antara konselor dengan klien merupakan inti yang perlu diciptakan dan dikembangkan dalam proses konseling. Dalam kaitan itu, teknik-teknik yang dilaksanakan selama proses konseling berlangsung adalah merupakan alat yang penting untuk membantu klien memperoleh kesadaran secara penuh.
1.      Tugas konselor, yaitu membantu klien mencapai tingkat pengembangan kesadaran yang mengarah kepada integrasi dan organismc self-control(OSC).
2.      Peranan konselor yaitu : (a) membangun suasana yang memungkinkan klien menemukan kebutuhan-kebutuhannya sendiri. (b)mengungkapkan bagian-bagian dari klien (self) yang tunduk dan menyerah terhadap tuntutan lingkungan. (c) memberikan kesempatan kepada klien untuk berpengalaman bahwa dirinya berkembang.
3.      Konselor sebagai katalisator yang dengan berbagai cara membantu klien mengembangkan kesadarannya sendiri. Untuk itu konselor haruslah orang yang bersemangat, energik dan mampu menuangkan segenap harkat kemanusian dalam suasana konseling.
4.      Konselor tidak menafsirkan tingkah laku klien, melainkan memfokuskan kegiatannya pada “apa”dan “bagaimana” klien sekarang
5.      Teknik konseling
a.       Teknik umum meliputi : (1)proses pengawalan dimana konselor bersedia membantu tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawabnya sendiri atas tingkah lakunya. (2)orientasi sekarang dan disini : tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan pembahasan pada keadaan sekarang. Ini bukan berarti bahwa masa lalu itu tidak penting, melainkan pentingnya masa lalu itu hanya dalam kaitannya dengan masa sekarang. Dalam hal ini konselor tidak pernah bertanya mengapa.

b.      Memfrustasikan klien yaitu dengan cara menghadapkan klien langsung kepada masalahnya, dan konselor tidak memberikan solusi terhadap masalah klien , dalam hal ini klien yang harus mencari dan melakukannya sendiri. Konselor hanya berkata “anda dapat dan harus bertanggungjawab atas diri anda sendiri”
c.       Teknik eksperiensial yaitu meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikan klien mengintegrasikan kembali dirinya : (1)klien mempergunakan kata ganti personal, (2)klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan. (3)klien mengambil tanggungjawab sendiri. (4)konselor menyampaikan hal-hal tertentu yang terlihat pada diri klien. (5) konselor memperlihatkan bahwa klien mengunakan proyeksi. (6)menunjukan sehingga klien melalui pengalamannya menyadari, bahwa ada hal-hal positif dan atau negative pada diri atau tingkah laku klien. (7)latihan bertingkah laku, khususnya untuk hal-hal yang perlu dilakukan (yang belum pernah dilakukan atau berlawanan dengan yang biasanya dilakukan tetapi salah). (8)permainan dialog terutama dalam situasi “hitam putih”klien diminta memerankan keduanya(melalui dialog)
6.      Proses konseling bersifat aktif,konfrontatif,yang menekankan apa dan bagaimana klien berpengalaman. Konseling membantu klien :
a.       Memahami kekuatan-kekuatannya sendiri
b.      Menggunakan kekuatan itu dalam kehidupan sehari-hari.

D.    Analisis dan Penerapan Teori Konseling Gestalt  
Terapi Gestalt bisa diterapkan dengan berbagai cara, baik dalam setting individual maupun setting kelompok.
1.      Setting Individu
Sebagai contoh, klien adalah seorang ibu yang terlalu keras mendidik anak perempuannya yang berusia 13 tahun. Aturan keras dari ibu membuat anak merasa ketakutan, cemas dan trauma bahakan beberapa hari tidak pulang kerumah yang tanpa sepengetahuan ibunya ternyata anaknya menginap di rumah nenek. Suaminya yang merasa kecewa dan kewalahan terhadap sikap istrinya yang keras itu akhirnya meminta cerai.
Latar bekang yang membuat istrinya keras seperti itu adalah didikan dari orang tua sang istri yang terlalu keras dari kecil sampai remaja. Istri sebenarnya merasa “sakit hati” dengan perlakuan itu dan sangant dendam. Dan didikan keras itulah yang diteruskannya kepada putrinya.
Dalam kasus seperti ini, konselor dapat menerapkan teknik permainan dialog yang didalamnya ada teknik kursi kosong. Klien disuruh untuk berperan sebagai under dog yang menjadi korban. Klien di arahkan untuk menjadi sadar akan perbuatannya saat ini bahwa sikapnya yang keras itu hanya sebagai ungkapan balas dendam yang di teruskan kepada putrinya. Selain itu, klien bisa disuruh untuk melakukan permainan ulangan. Mengulang kembali apa yang dialaminya dulu atas sikap kasar orang tuanya dengan upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan tersebut.
2.         Setting Kelompok
Sebagai contoh, teknik bermain peran di dalam kelompok. Misalnya seseorang yang merasa khawatir akan apa yang di pikirkan orang lain terhadapnya, ia kemudian diminta untuk memerankan orang yang mungkin menilainya itu. Setelah ia memerankan orang yang danggapnya menilai dirinya, ia di minta untuk mengecek kembali pada orang itu. Tidak jarang terjadi bahwa apa yang dianggapnya itu tidak nyata. Semua itu hanya penilaian saja, padahal orang lain tidak menilainya seperti yang dianggapnya. Dalam setting kelompok seperti ini, biasanya anggota akan lebih cepat mengenali keyakinan yang kurang rasional yang selama ini belum pernah dicocokkannya dengan orang lain.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Teori Gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan
2.      Pendekatan konseling Gestalt adalah suatu pendekatan eksistensial yang menekankan kesadaran di sini dan sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan bagaimananya tingkah laku dan pada peran urusan yang tak selesai dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara afektif.
3.      Hakekat manusia menurut pendekatan teori Gestalt yaitu bahwa manusia tidak dapat dipahami kecuali dalam keseluruhan konteksnya, Kepribadian adalah produk dari interaksi antara individu dengan lingkungan yang dipersepsinya.Pendekatan konseling Gestalt mengungkapkan mengenai struktur dan perkembangan kepribadian.
4.      Prinsip kerja teknik konseling Gestalt yaitu , penekanan tanggung jawab,orientasi sekrang dan di sini, dan orientasi eksperensial
B.     Saran
Dengan adanya penyusunan makalah yang berjudul Konseling Gestalt ini diharapkan bagi pembaca agar lebih memahami kegunaan dari teori Gestalt dalam dunia konseling.





DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, Konseling Pancawaskita  ,kerangka konseling elektik, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Padang 1998
Dr. DYP Sugiharto, M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah)
https://psikoterapis.com/files/gestalt-therapy-terapi-gestalt.pdf

Komentar